welcome to the freak world

hidup akan terasa lebih indah jika kita sudah mampu mentertawakan diri sendiri

Selasa, 24 Januari 2012

Tragedi “Welcome”

Tragedi “Welcome”

            Di jaman krisis dan ekonomi sulit seperti sekarang ini, membuat orang-orang rela melakukan berbagai cara dan upaya untuk tetap dapat bertahan hidup. Diantaranya dengan mengemis, korupsi, menipu, merampok, membunuh, mencuri dll. Namun yang dilakukan Boim hanyalah mencuri. Dan itu dilakukannya pada saat awal bulan ramadhan. Dan nampaknya ungkapan bahwa pada bulan suci semua setan dirantai, adalah tidak berlaku pada Boim dan setan yang bersemayam dalam dirinya.
            Boim yang sudah hampir satu minggu ini tidak merokok dan mabuk merasa gundah gulana dan kalau kata anak-anak jaman sekarang, dia sedang mengalami galau. Ketidak merokokan dan ketidak mabukannya itu bukan karena ia ingin menjalani pola kehidupan sehat, melainkan karena dia tidak punya uang. Pekerjaan dan pasangan yang tidak dimilikinya di umur kepala tiga itu membuatnya tersiksa, terpukul, malu, skeptis, optimis dan pesimis . Karena permasalahan bagi seorang laki-laki adalah uang dan wanita. Jika seorang lelaki tak punya uang, dia masih punya pacar atau wanita yang bisa menenangkan atau menghiburnya. Begitu pula jika dia memiliki uang, dia bisa mendapatkan wanita dengan jajan. Eh, salah, begitu pula jika dia tidak memiliki pasangan, setidaknya dia bisa foya-foya untuk menghibur diri dengan uang.
            Saat itu dini hari, Boim yang tidak memiliki hobi dan keahlian apa-apa itu sedang berjalan pulang dari pasar. Bukan untuk belanja sayur, melainkan survey apa yang bisa dicurinya. Namun hasilnya nihil. Di pasar, dia tidak mendapatkan mood untuk mencuri sesuatu. Entah itu sekedar sepotong cabai atau tomat, atau sebutir beras.
            Dengan wajah kusut seperti orang yang sudah lima hari tidak buang air besar, Boim melangkahkan kakinya dengan gontai. Ditendangnya apa saja yang ada di depannya. Mula-mula kerikil kecil, bekas kaleng minuman, dan yang terakhir “ Aaaaaaauuuuwwwwwwwwww!!!!!” boim berteriak keras. Sebuah batu besar baru saja ditendangnya. Boim tidak menyalahkan batu itu, melainkan menyalahkan matanya sendiri yang disebutnya picik!
            “ My eyes so fuck and damn!!!!” umpatannya terdengar sedikit intelek dengan bahasa asing.
            Setelah mengelus perlahan ujung jempol kakinya yang tadi terantuk batu, Boim segera melangkah lagi. Dibiarkannya jempol kakinya yang berdarah dengan kuku panjang yang membelah dan menjijikan.
            Dan tiba-tiba dia mencium aroma makanan lezat dari rumah – rumah warga yang dilewatinya. Sampai dia mencium aroma ikan bakar yang yummy itu. Dipejamkan matanya sesaat dan dibayangkannya menyantap ikan bakar dengan sambal super pedas. Dan huhhh, membayangkannya saja cacing diperutnya sudah berontak. Boim pun berencana melakukan sesuatu yang menghasilkan uang supaya bisa makan enak. Di depan sebuah mushola, dia berhenti. Menatap dalam ke arah mushola itu.
“ Yipaaaa!!!!!” serunya tiba – tiba dengan girang. Boim pun segera masuk ke arah mushola. Namun bukannya mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat, dia malah melihat sekitar dan mengendap ke dalam mushola.
            “ Mushola macam apa ini!” serunya saat tak melihat kotak amal yang menjadi incarannya. Boim melepas sandalnya dan masuk melewati batas suci. Di dalam mushola, dia terpaku dengan tatapan ke depan mimbar.
 “ Ya Tuhan...” ujarnya takjub dengan kedua tangan menggenggam di depan dada. Matanya berbinar, senyuman merekah di bibirnya. Rambutnya yang keriting tiba-tiba jadi lurus. Oh kalau yang ini tidak. Hehehe.
            “ Kotak amal, i find u.” Ujarnya seraya mendekat ke kotak amal yang terletak di samping mimbar. Dipeluknya kotak itu sesaat, lalu dilepaskannya lagi. “ Benar kata lagu seorang bule, “ Insya Allah, you’ll find a way. Dan sekarang Tuhan kasih jalan!!!! Aku temukan kotak ajaib ini!!!yeahhhh!!!!” boim mengepalkan tangannya ke atas, dan sekali lagi berseru “ yeahh!!!!”
            Dengan semangat membara di dada, diraihnya kotak kecil itu. Namun harapannya segera pupus dan terbuang sia-sia, larut bersama kekecewaannya saat mendapati kotak itu ternyata, ternyata dan ternyata, kosong melompong! Boim ingin menangis tapi dia malu. Boim ingin teriak tapi dia ragu. Boim ingin mengeluh pada Tuhan tapi dia gengsi. Akhirnya boim hanya meninggalkan kotak itu sendirian lagi di dalam mushola.
            Dengan kepala tertunduk dan bawah bibir yang dimonyongkan, Boim beranjak keluar mushola. Saat sedang memakai sandalnya, ujung kuku jempol kakinya yang membelah menyangkut pada sebuah keset bertuliskan wellcome. Dan mungkin istilah tak ada rotan, akarpun jadi itu adalah bukan omongkosong. Boim yang sering mendengar istilah itu sewaktu pelajaran bahasa Indonesia di SD segera berniat melaksanakannya. Diambilnya tiga jejeran keset itu, digulungnya menjadi satu dan segera diangkutnya dengan kedua tangannya.
            Boim melangkah santai dan sangat pelan. Dia tak sadar dirinya dalam bahaya, dia lupa bahwa hari itu adalah hari pertama puasa. Dimana warga akan bangun dini hari untuk berkeliling membangunkan sahur dan ke mushola. Dia tak menyadari bahwa dua orang hansip sedari tadi mengamatinya dari celah pepohonan.
            “ Berhenti kamu , maling !” sergah seorang hansip yang mendadak melompat di depan Boim.
            Boim terperanjat kaget. Bibirnya bergetar, matanya berair. “ Maaf Pak Hansip. Saya Cuma iseng ngambil keset.”
            “ Untuk apa keset itu! “ bentak seorang hansip yang lain.
            “ Dijual pak, adanya ini, jadi saya Cuma ambil ini. Ga punya duit pak, kasihan.”
            Ekpresi Boim memelas, tubuhnya yang kurus dan wajahnya yang jelek akhirnya membuat kedua hansip itu iba. Namun mencuri tetaplah salah, maka Boim tetap diproses secara hukum dengan tuduhan mengambil prasarana umum dan tempat ibadah berupa tiga buah keset yang sudah usang.
             
           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar