Oyang
– Oyang
Saat ini negara kita sedang berada
dalam era globalisasi, dimana untuk mendapatkan suatu informasi sangatlah
mudah. Namun derasnya arus globalisasi tersebut menimbulkan multi efek dan
berimplikasi pada semua bidang. Nah salah satu dampak negatif yang paling
nampak adalah pola hidup remaja yang bergeser ke arah barat. Seks bebas pun
bukan hal yang tabu lagi. Bahkan sudah menjalar ke remaja, bahkan anak kecil !
ironi memang...
Mili memang baru duduk di kelas 7,
namun jangan ditanya lagi tentang dandanannya! Sebagai ramaja yang sedang
ranum-ranumnya, Mili terlihat paling asoy di antara kawan-kawannya. Dan setiap
lelaki yang melihat, pasti greng karena kemolekan tubuh Mili.
Mili memang bangga terhadap dirinya
sendiri. Bagaimana tidak? Kulitnya putih mulus, wajahnya cantik, rambutnya
hitam panjang terurai, tubuhnya sintal dengan dada dan pantat besar, padat dan
berisi. Kelebihan yang dimiliki Mili itu tidak membuatnya sombong, angkuh dan
tinggi hati. Melainkan menjadikannya pribadi yang dermawan dan rajin beramal dengan
membagikan kelebihan yang dimilikinya itu pada orang-orang.
Ya ! setiap berangkat sekolah,
setidaknya dia beramal pada pak ojek, dan orang – orang yang berpapasan
dengannya. Rok birunya sangat sempit dan memperlihatkan bentuk pantatnya, dan
juga sangat pendek, hampir dua jengkal di atas lutut. Sedangkan baju putihnya
tak kalah sempit dengan roknya, hingga memperlihatkan lekuk tubuhnya. Dan tentu
saja, kancing baju yang terbuka dua di atas.
Sungguh malang nian nasib bocah ini.
Dia harus dewasa sebelum waktunya dan harus mengenal kejamnya dunia.
Hiks...hiks.....
Robert, seorang mahasiswa yang kos
di tempat Mili seperti mendapat durian runtuh. Bagaimana tidak? Setiap hari
selalu disuguhi pemandangan yang aduhai oleh anak pemilik kos. Sedangkan
pemilik kosnya, orang tua Mili adalah orang yang super sibuk dan tidak pernah
dirumah.
Pernah suatu ketika Robert yang
memiliki wajah yang tampan itu tak tahan melihat ke’mekaran Mili. Dengan
bermodal gitar tua, Robert berusaha menarik perhatian Mili. Dinyanyikannya
beberapa lagu keren anak gaul jaman sekarang di depan kamar.
Jrenggg...jreng...jreng..... “darah muda...darahnya para remaja.
Huooo....huooo.....” jreng...jreng...jreng.....
Perhatian Mili pun terjerat oleh
alunan lagu Robert yang gaul mampus. Dia melirik kepada Robert yang tengah
bermain gitar. Hati Mili pun bergetar saat dilihatnya pria putih tinggi
berhidung mancung itu sedang memainkan gitar. Dengan tank top warna putih super
ketat Mili menghampiri Robert.
“ Abang jago beud maen gitarna ea,
ajarin Milli donkz.”
“ Ah ga jago kok, biasa aja.” Robert
merendah, padahal dirinya memang sudah rendahan.
“ Ga kok, Mili tadi denger, baguz
beud geto maen’na? Leh minta ajarin gag bang?”
“ Boleh-boleh, di dalam kamar aja
yuk.”
Nah itulah awal kedekatan mereka.
Bermula dari belajar gitar, belajar bahasa gaul anak sekarang, belajar bahasa
tubuh sampai belajar biologi bersama.
Hanya butuh waktu tiga minggu bagi
Robert untuk mendapatkan hati, cinta, tubuh sang pujaan hati. Dan pada saat itu,
di siang bolong, kedua sejoli itu sedang memadu kasih di bawah pohon cemara.
Hehehe. Engga, sedang memadu kasih di dalam kamar Robert.
Dan seperti biasa, mereka melakukan
hal yang tidak senonoh dan tidak pantas dilakukan bagi anak di bawah umur.
Robert memasang posisi berlutut di atas kasur membelakangi pintu dan jendela
kamarnya. Wajahnya menghadap ke foto dirinya dan Mili di tembok. Sedangkan Mili
tertidur di bawahnya dengan sandaran bantal tinggi. Di depan mulut Mili
terdapat ‘anu’nya Robert yang sedang di ya begitulah.....
“ Bang, oyang bang...” ucap Mili
tiba-tiba.
Merasa dirangsang, Robert serasa
berada di atas angin. Dia menggoyangkan pinggulnya, ke kanan, ke kiri, ke depan
dan ke belakang.
“ Bang oyaaaang...” Desah Mili lagi
tak jelas.
“ Iya, ini khan sudah di’oyang
sayang...”
Mili marah, dijauhkannya dengan
paksa wajahnya dari selakangan Robert. “ Itu bang!!! Orang!!!! bukan
goyang!!!!” teriaknya dengan menunjuk ke arah jendela kamar Robert. Para
tetangga yang terdiri dari ibu-ibu dan Pak RT telah berdiri disana
memperhatikan mereka.
Alangkah terkejutnya Robert melihat
kamarnya sudah dikepung warga. Muka kedua remaja itu memerah bagaikan kepiting
yang dimasukan ke dalam air mendidih, ditiriskan, lalu dimasukan ke dalam air
mendidih lagi, didinginkan dan dimasukan ke dalam air mendidih lagi. Dengan
pasrah Robert segera memakai celananya dan mereka pun diarak ke kantor polisi
untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Well, lain kali jangan lupa tutup
pintu dan jendela sebelum melakukan hal tak senonoh. Dan jangan lupa melepaskan
segala sesuatu yang ada di mulut dulu supaya bicara jelas dan tak menjadi miss
komunikasi -_-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar